BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jumlah
penduduk di suatu wilayah tidaklah tetap , namun akan selalu berubah (bertambah
atau berkurang) sering dengan perjalanan waktu. Pertambahan penduduk terjadi
karena angka kelahiran dan angka kematian tidak seimbang , dimana angka
kelahiran lebih besar dari angka kematian. Pertambahan penduduk juga
dipengaruhi selisih angka penduduk yang masuk dan keluar suatu wilayah .
Pertambahan penduduk suatu wilayah berupa angka-angka yang kongkrit dalam
pertamahan setiap tahunnya, sedangkan pertumbuhan penduduk berupa besaran
prosentasenya saja.
Persebaran
atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah
atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Kepadatan
penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan
penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia tidak
sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan
pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa dapat mendukung
kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan, misalnya di Kalimantan, Papua,
Sulawesi, dan Sumatra.
Kemampuan
suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada batasnya. Apabila kemampuan
wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau, dapat berakibat pada terjadinya
tekanan=tekanan penduduk. Jadi, meskipun di Jawa daya dukung lingkungannya
tinggi, namun juga perlu diingat batas kemampuan wilayah ter sebut dalam
mendukung kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Definisi atau pengertian persebaran
penduduk
2.
Teori-teori kependudukan
3.
Persebaran penduduk di Indonesia
4.
Faktor penyebab persebaran penduduk
5.
Upaya mengatasi persebaran penduduk yang
tidak merata
C.
Tujuan
1.
Mengetahui definisi atau pengertian
persebaran penduduk
2.
Memahami tentang teori-teori
kependudukan
3.
Mempelajari mengenai persebaran penduduk
di Indonesia
4.
Mengerti tentang faktor penyebab
persebaran penduduk
5.
Memahami upaya untuk mengatasi
persebaran penduduk yang tidak merata.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Orang
yang tinggal di daerah tersebut,
2.
Orang
yang secara hukum berhak tinggal
di daerah tersebut.
Dengan
kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ.Misalkan bukti
kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan
dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia
dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti
pengecer hingga pelanggan potensial.
A.
Definisi Persebaran Penduduk
Persebaran
penduduk secara umum adalah Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk
penyebaran penduduk di suatu wilayah atau Negara.
Persebaran penduduk dapat dibagi menjadi dua:
1. Persebaran penduduk berdasarkan geografis
Persebaran penduduk secara geografis adalah
karakteristik penduduk menurut batas-batas alam seperti pantai, sungai, danau
dan sebagainya.
2. Persebaran penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan
Persebaran penduduk secara
administrasi adalah karakteristik penduduk menurut batas-batas wilayah
administrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah penduduk di
desa A atau di kecamatan B.
1. Teori Malthus (Thomas Robert Malthus).
Orang
yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert
Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam
pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population
tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a. Bahan makanan adalah penting untuk
kehidupan manusia
b. Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus
juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan
kebutuhan hidup.
Dalil
yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat
secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara
arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah
yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara
penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a.
Preventive
checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat
jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya
antara lain :
1) Penundaan masa perkawinan
2) Mengendalikan hawa nafsu
3) Pantangan kawin
b.
Positive
checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana Alam
2) Wabah Penyakit
3) Kejahatan
4) Peperangan
Positive
checks biasanya dapat menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju. Teori
yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara lain :
a.
Malthus
tidak yakin akan hasil preventive cheks.
b.
Ia
tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan
dengan cepat.
c.
Ia
tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya
d.
Ia
tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral
dari orang-orang dan mengurangi kekuatan dari Negara.
Beberapa
Pandangan Terhadap Teori Malthus. Bermacam-macam reaksi timbul terhadap teori
Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial dan agama. Hingga saat ini
teori Malthus masih dipersoalkan.
2. Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried
Engels)
Aliran
ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan
kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi
sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus,
karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia. Dasar
Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang
sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan
Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di
suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan
terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga
berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist
a.
Populasi
manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b.
Kemeralatan
bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis
mengambil sebagian hak para buruh
c.
Semakin
tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi
tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah
kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk
menekan angka kelahiran.
3. Aliran Neo-Malthusian (Garreth
Hardin & Paul Ehrlich)
Pada
abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong
aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat
menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara
“Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun
1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan
bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar
dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan
bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal
tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
a.
Sudah
terlalu banyak manusia di bumi ini.
b.
Keadaan
bahan makanan sangat terbatas.
c.
Lingkungan
rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis
ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia
menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian,
produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu,
melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi
pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik. Kritikan terhadap Meadow
umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak mencantumkan
variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan Pestel
(1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan antar
kawasan.
4. Teori Kependudukan Kontemporer
a.
Teori
Fisiologi dan sosial ekonomi
1)
John
Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli
filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima pendapat Malthus
mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan
sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi
tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia
mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki
keluarga kecil. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional
maka mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan
karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa umumnya
perempuan tidak menghendaki anak yang banya, dan apabila kehendak mereka
diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.
5. Teori Transisi Kependudukan
Tahap
Peralihan keadaan demografis:
a.
Tingkat
kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran kesehatan
meningkat. Penemuan obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.
b.
Angka
kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi, pertumbuhan penduduk
meningkat. Adanya Urbanisasi., usia kawin meningkat. ,Pelayanan KB > Luas.,
pendidikan meningkat.
c.
Angka
kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju pertumbuhan penduduk
menurun.
d.
Kelahiran
dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori
I - mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang
melaksanakan pembangunan ekonomi.
C.
Persebaran Penduduk di Indonesia
Persebaran penduduk erat kaitannya
dengan tingkat hunian atau kepadatan penduduk Indonesia yang tidak merata.
Sekitar 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa yang hanya memiliki luas ± 6,9%
dari luas wilayah daratan Indonesia. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk
atau population density dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya jumlah
penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati berdasarkan satuan luas
tertentu. Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini :
1.
Kepadatan
Penduduk Berdasarkan Lahan Pertanian. Kepadatan penduduk berdasarkan lahan
pertanian dapat dibedakan atas kepadatan penduduk agraris dan kepadatan
penduduk fisiologis.
a.
Kepadatan
penduduk agraris adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian dengan luas lahan pertanian.
b.
Kepadatan
penduduk fisiologis adalah perbandingan antara jumlah penduduk total (baik yang
bermata pencaharian sebagai petani ataupun tidak) dengan luas lahan pertanian.
2.
Kepadatan
Penduduk Umum (Aritmatik) Kepadatan aritmatik merupakan perbandingan antara
jumlah penduduk total (tanpa memandang mata pencaharian) dengan luas wilayah
(baik lahan pertanian ataupun tidak). Untuk perhitungan kependudukan di
Indonesia, kita menggunakan perhitungan kepadatan penduduk umum (aritmatik).
3.
Kepadatan
Penduduk Ekonomi Kepadatan penduduk ekonomi adalah besarnya jumlah penduduk
pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang bersangkutan.
Kepadatan penduduk di tiaptiap
wilayah Indonesia tidaklah sama, hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan
kependudukan. Permasalahan ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana
sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan.
Kepadatan penduduk berdasarkan provinsi dan pulau dapat dilihat pada tabel di
bawah ini
Informasi
kepadatan penduduk tiap daerah perlu diketahui untuk mengetahui ada tidaknya
gejala kelebihan penduduk (overpopulation), untuk mengetahui pusat-pusat
aglomerasi penduduk, serta untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan
ekonomi maupun budaya. Informasi-informasi tersebut pada akhirnya akan
digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan di tiap-tiap daerah.
Akibat dari tidak meratanya
penduduk yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani
sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar
Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia.
Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan
pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam
melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan
negara.
Faktor-faktor yang menyebabkan
tingginya tingkat migrasi ke pulau Jawa, antara lain karena pulau Jawa:
a.
Sebagai pusat pemerintahan.
b.
Sebagian besar tanahnya merupakan tanah
vulkanis yang subur.
c.
Merupakan pusat kegiatan ekonomi dan
industri sehingga banyak tersedia lapangan kerja.
d.
Tersedia berbagai jenjang dan jenis
pendidikan.
e.
Memiliki sarana komunikasi yang baik dan
lancar.
D.
Faktor Penyebab Persebaran Penduduk
Persebaran atau distribusi penduduk
adalah bentuk penyebaran penduduk di suatuwilayah atau negara, apakah penduduk
tersebut tersebar merata atau tidak. Kepadatan penduduk adalah angka yang
menunjukkan jumlah rata-ratap penduduk pada setiap Km2 pada suatu wilayah
negara. Faktor-faktor yang memppengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk
tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:
1.
Faktor Fisiografis
2.
Faktor Biologis
3.
Faktor Kebudayaan dan Teknologi
Kepadatan penduduk dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Kepadatan penduduk aritmatik sangat
mudah dalam perhitungannya. Datakepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat.
Contohnya adalah dengandiketahui tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah,
maka dapat digunakanuntuk perencanaan penyediaan fasilitas sosial. Jika pada
suatu daerah memilikikepadatan penduduk aritmatik yang rendah, maka penyediaan
fasilitas kesehatan,seperti puskesmas dapat digabung dengan daerah yang
berdekatan.
b. Kepadatan penduduk Indonesia antara
pulau yang satu dan pulau yang lain tidakseimbang. Selain itu, kepadatan
penduduk antara provinsi yang satu denganprovinsi yang lain juga tidak
seimbang. Hal ini disebabkan karena persebaranpenduduk tidak merata. Sebagian
besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa dan Madura. Padahal,
luas wilayah pulau Jawa dan Madura hanya sebagiankecil dari luas wilayah negara
Indonesia.
Kegunaan
mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah adalah :
a. Untuk
mengetahui persebaran penduduk suatau wilayah
b. Untuk
mengetahui telah terjadi peledakan penduduk disuatu wilayah atau belum yang
bersifat menonitor.
c. Untuk
mengetahui penyebab perbedaan kepadatan penduduk dengan daerah lain
disekitarnya.
d. Untuk
mengetahui pusat-pusat kebudayaan , dimana budaya timbul pada penduduk yang
padat dan penduduk makin padat budaya makin tinggi .
Persebaran
yang tidak merata berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Daerah-daerah yang
padat penduduknya terjadi exploitasi sumber alam secara berlebihan sehingga
terganggulah keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah hutan yang terus menyusut
karena ditebang untuk dijadikan lahan pertanian maupun pemukiman. Dampak buruk
dari berkurangnya luas hutan adalah:
- terjadi
banjir karena peresapan air hujan oleh hutan berkurang
- terjadi
kekeringan
- tanah
sekitar hutan menjadi tandus karena erosi
Daya dukung lingkungan dari
berbagaidaerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih
tinggidibandingkan dengan pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di
Pulau Jawadapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan,
misalnya diKalimantan, Papua, Sulawesi, dan
Sumatra.Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada
batasnya. Apabilakemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau, dapat
berakibatpada terjadinya tekanan-tekanan penduduk. Jadi, meskipun di Jawa daya
dukunglingkungannya tinggi, namun juga perlu diingat batas kemampuan wilayah
ter sebutdalam mendukung kehidupan.
1)
Kesuburan
tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat
dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
2)
Iklim,
wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya
tidak disenangi sebagai tempat tinggal
3)
Topografi
atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat tinggal di
daerah datar
4)
Sumber
air
5)
Perhubangan
atau transportasi
E.
Upaya
mengatasi Persebaran peduduk yang tidak merata
Persebaran
penduduk antara kota dan desa juga mengalami ketidakseimbangan. Perpindahan
penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan
penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas. Pemusatan penduduk di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak
buruk terhadap lingkungan hidup seperti:
1. Munculnya permukiman liar.
2. Sungai-sungai tercemar karena
dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh masyarakat maupun dari
pabrik-pabrik industri.
3. Terjadinya pencemaran udara dari
asap kendaraan dan industri.
4. Timbulnya berbagai masalah sosial
seperti perampokan, pelacuran dan lain-lain.
Oleh
karena dampak yang dirasakan cukup besar maka perlu ada upaya untuk meratakan
penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah.
Upaya-upaya
tersebut adalah:
1. Pemerataan pembangunan.
2. Penciptaan lapangan kerja di
daerah-daerah yang jarang penduduknya dan daerah pedesaan.
3. Pemberian penyuluhan terhadap
masyarakat tentang pengelolaan lingkungan alamnya.
Selain
di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya dan Kalimantan. Luas
wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya
0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan luasnya 28,11% dari
luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk
Indonesia. Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata dilaksanakan
program transmigarasi.
Tujuan
pelaksanaan transmigrasi yaitu:
a. Meratakan persebaran penduduk di
Indonesia.
b. Peningkatan taraf hidup transmigran.
c. Pengolahan sumber daya alam.
d. Pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.
e. Menyediakan lapangan kerja bagi
transmigran.
f. Meningkatkan persatuan dan kesatuan
bangsa.
g. Meningkatkan pertahanan dan
kemananan wilayah Indonesia.
Untuk mengatasi kepadatan penduduk,
pemerintah menggalakkan program transmigrasi. Adapun jenis-jenis transmigrasi
yang ada adalah :
1.
Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya
ditanggung pemerintah ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat.
2.
Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang
seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri. Pemerintah hanya menyediakan lahan
pertanian dan rumah.
3.
Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan
dalam satu wilayah provinsi.
4.
Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang
dilakukan karena penduduk terkena bencana alam.
5.
Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang
dilakukan oleh seluruh penduduk desa berikut pejabat-pejabat pemerintahan desa.
Untuk mengatur kelahiran penduduk,
pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana dalam rangka mencapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Program KB juga mengarah pada
catur warga, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Ternyata
program KB di Indonesia berhasil sangat baik dan bahkan dijadikan contoh oleh
banyak negara untuk mengatasi masalah kependudukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persebaran penduduk secara umum adalah
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu
wilayah atau Negara. Persebaran
penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu Persebaran penduduk berdasarkan geografis dan Persebaran penduduk berdasarkan
administrasi pemerintahan.
Akibat dari tidak meratanya penduduk
yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian
dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum
dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian
besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian.
Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Daya
dukung lingkungan dari berbagaidaerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung
lingkungan pulau Jawa lebih tinggidibandingkan dengan pulau-pulau lain,
sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawadapat mendukung kehidupan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan, misalnya diKalimantan,
Papua, Sulawesi, dan Sumatra.Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung
kehidupan itu ada batasnya. Apabilakemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan
terlampau, dapat berakibatpada terjadinya tekanan-tekanan penduduk. Jadi,
meskipun di Jawa daya dukunglingkungannya tinggi, namun juga perlu diingat
batas kemampuan wilayah ter sebutdalam mendukung kehidupan.
Untuk mengatasi persebaran penduduk
yang tidak merata dilaksanakan program transmigarasi.
Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu
Meratakan persebaran penduduk di Indonesia, Peningkatan taraf hidup
transmigran, Pengolahan sumber daya alam, Pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia, Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran, Meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa, Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar